Opini akhir tahun di Tahun Baru

Opini ini tertulis sejak akhir tahun 2018, baru dipublish karna penulis berfikir agar orang-orang yang membacanya lebih fokus pada Ibrohnya.
Situasi Akhir tahun 2018, waktu itu di daerah penulis sendiri sarat akan perbedaan pendapat terkait hukum mengucapkan Hari Natal. Ketegangan tersebut bermula saat beredarnya pamflate digital berisi ucapan Hari Natal. Sangat disayangkan karna berakhir saling memojokkan pendapat satu sama lain. Dari situ konflik ini penulis ambil untuk dijadikan Tema Diskusi Panel dalam Masa Penerimaan Anggota Baru dengan kata kunci "boleh saja". Tapi diakhir kegiatan beberapa senior ternyata tidak setuju dengan pendapat ini. Akhirnya berlanjutlah😅😅😅

*Tulisan ini hanya opini penulis yang dinarasikan

Semoga bermanfaat, jangan lupa pembaca yang baik meninggalkan catatannya (Komentar)

 "Bagaimana hukumnya mengucapkan hari Natal bagi seorang muslim?"

Berbicara hukum penulis sendiri tidak paham banyak tapi terkait hukum mengucapkan Hari Natal terlalu banyak pernyataan kebolehannya dalam bincang toleransi, lain halnya dengan hari ini penulis mendengar pernyataan ketidak bolehannya yang mana statmen ini juga dari senior PMII. Alquran dan Hadits. Sekali lagi penulis bingung untuk menjawab manakah diantara boleh dan tidak boleh yang harus dipernyatakan jika ada kader yang bertanya. Tentunya, sebagai kaum intelektual dan sosialis kita harus berlandaskan landasan yang kita yakini dan dapat diterima akal. Dari sini pernyataan yang sekedar ikut-ikutan tanpa rasionalisasi dan  perdebatan unfaedah harus mampu kita pilih dan pilah untuk menciptakan kesatuan dalam keberagaman.

Dua tahun berkutat dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Penulis masih terus membolehkannya tanpa menyuarakan baik billisan maupun sosial media. Karna bagaimanapun untuk menyebarkan boleh ataupun tidak penulis tidak tahu harus berlandaskan apa selain toleransi jika boleh. Jikapun tidak boleh bagaimana pula penulis menutup mata atas keberagaman kepercayaan dan fokus hanya Islam.

Semalaman berkutat yang penulis temukan hanyalah bahwa setiap diri haruslah mampu menentukan sikap jadi penulis ikhtiyar untuk bersikap tanpa mencondongkan hukum.

Pertama, penulis menalar kurang tepat rasanya jika situasi ini disikapi hanya dengan *Nilai Toleransi sebab subtansi konflik yang terjadi bukanlah tentang tidak menghargai perbedaan atau bisa dikatakan kaum muslim mengganggu jalannya perayaan. Konflik yang terjadi adalah muslim kontra Vs Muslim Pro.

Kedua, moderat adalah sikap yang pas yang terpikirkan oleh penulis sikap untuk berada ditengah-tengah yakni dengan berdiam diri.

Berdiam disini, yakni membiarkan perayaan natal berjalan semestinya meski tanpa huru-hara muslim Sebab saat beberapa muslim membolehkan dan mengucapkannya maka konflik sesama muslim akan mulai terjadi karna perbedaan pendapat akhirnya saling menghujat.

Kenapa seorang muslim harusnya diam saja? Why?  Sebab baik muslim berpartisipasi maupun tidak dalam hari Natal, Hari Natal akan tetap terlaksana dan muslim tidak menghalanginya adalah cukup sebagai interpretasi Toleransi umat beragama. Namun yang terjadi saat ini adalah Intoleran sesama muslim yang mengakibatkan konflik hanya karna beda pendapat yang mana harusnya di titik ini sesama muslim memperkuat ukhuwah islamiyahnya. Bukankah lebih baik memperkecil frekuensi pecahnya kesatuan??

Ketiga, setiap orang punya pendapat masing-masing. Demikian, tidak harus membuat terpecah belahnya kesatuan. Siapapun itu boleh mengekspresikan pendapatnya, hanya saja lakukanlah dengan sebaik-baiknya niat dan pengerjaannya. Jika beranggapan boleh maka ungkapkanlah langsung kepada saudaramu tak harus posting status dan berita acara. Jika memang beranggapan tidak boleh maka janganlah mencela katakan dengan sebaik-baiknya perkataan dan mengertilah ada orang lain yang berpendapat berbeda. Jangan sekali-kali mengibaskan udara dalam api. Bukankah lebih baik menimbang antara mana yang lebih bermanfaat ketimbang memperkeruh dan membuat retakan???

#SalamTahunBaru2020
#KaderPenggerakNUSampang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Essay Ke PMII-an

Strategi Pengembangan Kader- Artikel PKL-I PMII Sampang

Tipe tipe orang bertanya