CINTA

Sejak kecil ingatan pertamaku adalah kehilangangan, hari itu aku kehilangan adik, ibu juga teman. Hal kedua yang kuingat adalah aku berbeda dari yang lain. Yah... bisa dibilang setelah aku mengingat ayah untuk pertamakali aku tahu semuanya. Ayahku sakit gila, orang tuaku bercerai, aku dan adikku berpisah dan ibu menikahi laki-laki yang berbeda-beda sampai orang yang biasa ku panggil kakak. dan aku tahu mulai sekarang semua harus berubah, aku bukan lagi miatul khoir keci yang suka menggigit mbak Anis, aku bukan lagi miatul khoir yang suka berenang yah... aku bukan lagi dia. Hari itu aku tahu apa itu kenyataan pahit dan aku hanya tersenyum bahkan hal itu terjadi sebelum aku menginjak bangku TK tapi aku sadar senyum itu ada karna aku tak tahu harus berekspresi apa, aku tumbuh dewasa sebelum waktunya dan aku membenci semuanya.
....

Semua berjalan dengan waktu tak bisa ku bilang singkat mengingat apa saja yang harus ku tanggung, ku jaga dan kusimpan.
Semua sangat sulit.
Apalagi dengan hal yang kuanggap tabu yaitu cinta
Kata orang itu sangat berharga kamu akan bahagia dengan itu. Benar, mungkin karna ketiadannyalah keluargaku tercerai berai tapi aku tak berharap cinta itu hadir di antara orang tuaku karna bagiku untuk apa mengulang jika mereka sudah pernah benar-benar memikirkannya hingga ke jenjang pernikahan tapi ahirnya dan nyatanya aku disini sendiri tanpa apa itu kehangatan cinta keluarga. Cinta sangat berbeda dari apa yang ku dengar.
...

Laki-laki? No way!
Itulah aku sejak dulu aku benci mereka semua termasuk ayahku bagiku mereka tak ayal hanya pembuat masalah bagi perempuan, tapi aku tahu suatu saat aku pasti merasakannya pada seseorang entah siapa.
Dan aku sampai dimasa puberku yang telat, saat semua temanku puber di kelas IV aku malah di kelas VII dan aku jatuh cinta, tapi sepertinya perasaanku salah orang "masak jatuh cinta sama kekasih sahabat sendiri benar-benar konyol" begitulah pikirku apanya yang cinta ini sih nusuk dari belakang lebih tepatnya.
.
Dia mengajariku bahwa cinta butuh pengorbanan, penantian tapi cinta adalah permainan. Ini berbeda sekali dengan kisah cinta yang kuingin, aku hanya berfikir untuk jatuh cinta sekali menikah pun sekali. Aku hanya tak ingin membuat miatul khoir yang lain lagi Tapi dunia punya alur lain.

Setelah pengalaman pertama aku benar bulat tak ingin jatuh cinta lagi tapi semua tak berjalan seperti yang kurencanakan. Disana, Ma. Nazhatul Muta'allimin tempat sekolah baruku dia disana sebagai ketua OSIS pria yang selalu mengganggu pikiranku sejak awal MOSBA. Aku membencinya dia menyebalkan gara-gara perasaannya aku harus dikeroyoki berpuluh-puluh pasang mata dan mulut seanterio sekolah bahkan para guru pun ikut.
Tapi akhirnya aku bersamanya dia tidak tampan malah ku kutuk jelek,bodoh. Sudah berpuluh-puluh kali aku memikirnya mungkin dia bisa membuatnya-"jatuh cinta sekali menikah pun sekali"- huftt untuk berakhir seperti ini sangat tak mudah karna aku selalu memikirkan kekurangan ku-ayah, tapi aku menyayanginya aku tak ingin dia jelek sungguhan karnaku. Itu sebabnya aku mencoba setara dengannya dalam berbagai prestasi, aku bisa melakukannya huchh... aku tak tahu untuk jatuh cinta saja sepertinya sangat sulit untukku.
.
08 November 2015, sampai hari itu mungkin aku sudah menunggu kepastian hampir 2 tahun darinya, dan hadiah yang ku dapat di hari ultahku "Mey anggap aku teman saja" awalnya kupikir kalimat itu baik yang bahkan tidak ada kata kotornya tapi nyatanya lebih buruk dari "kita putus saja" dan aku menangis dalam kepalaku ternyata bukan dia, itu bukan dia. Huftt tak apa ini sudah biasa untuk kehilangan.
.
Kupikir jadi musuh setelah putus itu konyol, tapi sepertinya aku setuju dari pada harus begini. Ya, kami memutuskan layaknya teman tapi itu malah membuat canggung lebih baik jadi musuh karna kamu membencinya jadi kamu punya alasan tuk menghindarinya. Tapi ini? Ini bahkan tak layak di sebut obrolan sekawan semut.
.
Kecewa? Tentu! Padahal aku bertahan saat menunggunya. Perasaan? Tentu masih ada tapi apa yang mau di pertahankan lagi? Alasan? Sebenarnya aku juga butuh tapi aku sadar tidak tahu alasannya takkan membunuhku kan?. Aku hanya berharap untuk tak lagi bertemu dengannya, tapi selalu kenyataan memang tak sesuai. Aku selalu melihatnya kenapa selalu aku? Bahkan dia tak pernah melihat ku mungkin itu sebabnya aku makin benci pada diriku sendiri.
.
Ku pikir cinta memang tak cocok untuk orang seriusan seperti ku ya? Selama ini aku mencoba setara dengan orang yang ku sayangi, akhirnya orang bilang aku sombong dan egois. Saat aku setara dengan bangsawan para lelaki cendikiawan malah bilang aku terlalu jauh tuk di jangkau, dan ketika aku bertemu bangsawan aku malah takut dengan gelar bangsawan mereka.
.
Tapi satu hal yang pasti sebagian dariku senang dia tak ada hubungan apa-apa lagi denganku, ku pikir dia mungkin akan punya ayah mertua gila. Tapi itu tak boleh dia terlalu berharga untukku jadi perpisahan mungkin lebih baik dari pada menyakiti dia dengan diriku yang menyedihkan. Ya kan? Yah.. mungkin aku juga kecewa apalagi dia yang jelek, bodoh itu mendekati sempurna menjadi imam. Tapi aku harus sadar lagi orang baik dengan orang baik sedang yang buruk dengan yang buruk aku terlalu rendah untuk orang sepervect dia.
.
Pertemuan ku dengan sie jelek bodoh itu membuatku berpikir kisah ini seperti roman picisan di drama? Aku memang menyukai kisah dongeng, komik, fanfic meski begitu aku tak berencana mencintai seseorang di masa lalu lalu bertemu, clbk, dan hidup bahagi bersama itu hanya ada di tv mungkin!. Sebagai perempuan aku hanya berharap menemukan orang yang tepat, jatuh cinta dan bersamanya menuju jalan allah sampai akhir. Hanya itu.
.
Yah... tapi memang benar pengalaman jatuh cinta dan pacaran itu benar-benar sulit untukku, disaat aku memikirkan cara bagaimana besok agar aku tidak muntah gara-gara ayahku, beberapa PR dan lainnya aku juga harus memikirkan pacarku dan akhirnya bagiku cinta adalah awal segalanya, bukan begitu tuhan?.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Essay Ke PMII-an

Strategi Pengembangan Kader- Artikel PKL-I PMII Sampang

Tipe tipe orang bertanya