Happy International Women's day : Antara Cinta, Tuntutan, dan Peran yang Dibentuk

Kemarin, saya berulang kali melihat lagu "Labour" berseliweran di beranda TikTok. Liriknya kuat, mengisahkan peran double burden yang selama ini menjadi beban bagi perempuan. Dalam lagu itu, perempuan digambarkan tidak hanya bekerja, tetapi juga terus diminta memenuhi ekspektasi yang kadang melelahkan.


Sebagai perempuan, saya hanya bisa mengatakan bahwa tuntutan adalah sesuatu yang pasti bagi setiap manusia, entah laki-laki maupun perempuan. Kehidupan memang berjalan sesakit itu. Namun, bagaimana kita meresponsnya adalah kunci utama. Satu hal yang bisa kita lakukan adalah memberikan makna pada setiap peran yang kita jalani.


Saya sering menemukan diri saya secara spontan memasak untuk paman atau ipar ketika ibu dan bibi tidak ada di rumah. Saya juga kerap memastikan persediaan air dalam kulkas tetap ada agar mereka lebih mudah mengambilnya. Padahal, saya bukan orang yang suka ribet dengan urusan orang lain, dan saya pun bukan ahli dalam memasak. Dari situ, saya mulai memahami bahwa apa yang selama ini dianggap sebagai tugas perempuan—memasak, mencuci, menjaga anak—sebenarnya adalah ekspresi alami dari kasih sayang. Itu bukan kewajiban, bukan paksaan, tetapi wujud perhatian yang muncul dari dalam diri.


Sayangnya, banyak perempuan yang tidak melihatnya seperti ini. Tidak sedikit yang merasa bahwa menjadi perempuan adalah sebuah kesalahan. Mereka mempertanyakan untuk apa berpendidikan tinggi jika akhirnya tetap akan kembali ke dapur. Bahkan ada yang merasa seolah menjadi babu dalam keluarganya sendiri. Ini adalah dampak dari pola pikir yang telah diwariskan turun-temurun. Oleh karena itu, kita perlu menanamkan cara pandang—bahwa segala hal yang dilakukan perempuan ditengah keluarganya adalah bentuk kasih sayang.


Disisi lain, tidak bisa kita pungkiri bahwa masyarakat pun telah menciptakan klasifikasi tugas yang mendiskreditkan perempuan. Kita, secara sadar atau tidak, juga ikut andil dalam membentuk pola ini. Sejak kecil, kita sering melihat anak perempuan lebih banyak membantu pekerjaan rumah saat akhir pekan, sementara anak laki-laki dibiarkan tidur atau bermain. Ketika disuruh, anak laki-laki cenderung lebih sulit diajak bekerja sama, sehingga kita lebih memilih untuk meminta bantuan anak perempuan. Alhasil, tanpa sadar kita membentuk pola pikir bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab perempuan, sedangkan laki-laki boleh bersikap lebih santai.


Hal seperti ini, jika terus dibiarkan, akan berdampak dalam jangka panjang. Anak laki-laki akan tumbuh dengan anggapan bahwa urusan rumah bukan tanggung jawabnya. Sementara itu, anak perempuan akan terus merasa bahwa menjadi perempuan berarti harus siap menanggung beban lebih. Tidak heran jika di kemudian hari, banyak perempuan merasa lelah, merasa terbebani, bahkan merasa kehidupan ini tidak adil bagi mereka.


Padahal, ada solusi sederhana yang bisa kita mulai sejak dini: membagi tugas secara adil kepada anak-anak, tanpa membedakan gender. Mengajarkan mereka untuk bertahan hidup sebagai manusia, bukan berdasarkan stereotip jenis kelamin. Anak laki-laki harus tahu cara memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Begitu juga dengan anak perempuan yang berhak memiliki waktu istirahat dan ruang untuk berkembang di luar tugas domestik.


Perubahan pola pikir ini memang tidak bisa terjadi dalam semalam. Tapi jika kita mulai dari sekarang, maka dalam 10-20 tahun mendatang, kita bisa melihat generasi yang lebih seimbang dalam berbagi peran dan tanggung jawab. Bukan lagi tentang siapa yang lebih layak mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi tentang bagaimana manusia bisa saling mendukung dalam kehidupan. Karena pada akhirnya, semua ini bukan hanya tentang perempuan, tetapi tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan lebih adil dan penuh kasih sayang.


Finally, tetap semangat dengan segala mimpi, entah sebagai ibu, anak, istri atau apapun dirimu saat ini. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Essay Ke PMII-an

Strategi Pengembangan Kader- Artikel PKL-I PMII Sampang

Tipe tipe orang bertanya