Reminder : Membangun Kembali Etika Kader

 

Beberapa waktu lalu saya diundang untuk mengisi acara, tidak banyak yang diminta junior saya, hanya beberapa motivasi dan cerita-cerita pengalaman organisasi. Namun paling penting yang harus disampaikan adalah penguatan internal dan semanagt juang untuk menunjang roda organisasi. Setelah melakukan perjalanan bersama, banyak kejadian-kejadian menarik yang saya rasakan. Kemudian saya menjadi resah, sepertinya perjalanan ini tidak cukup hanya dengan saya memberikan kesan-pesan dan motivasi saja.

Sebagai seseorang yang telah melewati berbagai fase dalam organisasi, saya tak bisa menghindari rasa prihatin terhadap perubahan sikap dan perilaku kader yang pada saat itu semakin terlihat menjauh dari nilai-nilai yang seharusnya mereka miliki. Dulu, saya selalu percaya bahwa etika adalah salah satu fondasi utama dalam membangun karakter seorang kader. Namun kini, saya melihat ada transformasi yang membuat nilai-nilai itu seolah memudar, digantikan dengan budaya yang lebih mengedepankan individualitas daripada kolektivitas.

Satu hal yang paling mencolok adalah kurangnya rasa hormat kepada senior. Dalam perjalanan itu saya mendapati momen di mana seorang kader tidak menyapa seniornya. Beberapa ada yang tahu siapa seniornya, tetapi tidak berusaha menunjukkan sikap santun, seperti menyapa lebih dulu. Hal ini terasa sangat berbeda dibandingkan dengan masa-masa dulu, ketika menyapa senior bukan hanya kewajiban, tetapi bentuk penghormatan terhadap pengalaman mereka yang telah lebih dulu berjuang untuk organisasi. Lebih dari itu, saya berfikir penghormatan kepada senior adalah bentuk unjuk diri bahwa “Saya adalah kader yang terdidik seperti ini”. Saya mengartikannya sebagai value yang berhasil didapat seorang kader setelah berproses, kira-kira begitu refleksi saya.

Lanjut hari itu, saya menemukan situasi semakin terasa kontras ketika saya berada di tengah acara yang esensinya kolektivitas. Saya dan beberapa senior lainnya sibuk mempersiapkan berbagai hal untuk kelancaran acara tersebut. Di tengah hiruk-pikuk persiapan, saya mendapati beberapa kader asyik dengan ponsel mereka. Sebagian sibuk membuat video TikTok, sementara yang lain terus-menerus bergulir berfoto ria tanpa peduli pada apa yang sedang terjadi di sekeliling mereka. Ketika kami berusaha menyusun dan melengkapi kebutuhan acara, mereka terlihat begitu jauh secara fisik dan emosional dari semangat kebersamaan yang seharusnya ada dalam organisasi ini.

Sebab situasi ini sudah saya alami untuk kedua kalinya di acara itu, momen-momen ini memunculkan banyak pertanyaan di benak saya. Apakah para kader ini kehilangan pemahaman tentang pentingnya etika dan kerja sama? Ataukah kami, sebagai senior, yang belum cukup memberikan teladan yang benar? Saya tidak ingin langsung menyalahkan mereka. Saya mencoba memanggil yang saya bisa, beberapa memenuhi panggilan saya beberapa yang lain tidak. Meski dongkol, saya tidak bisa mempersekusi keadaan ini karna  setiap generasi memiliki tantangan yang berbeda, dan saya percaya bahwa mereka tidak sepenuhnya menyadari bahwa tindakan mereka dapat memberikan kesan negatif bagi orang lain.

Namun, di balik semua ini, saya percaya bahwa masih ada harapan. Transformasi ini bukan akhir dari segalanya, melainkan tanda bahwa kita perlu melakukan reminder bersama. Saya percaya bahwa para kader ini sebenarnya memiliki semangat, tetapi mereka membutuhkan arahan yang lebih baik. Itulah sebabnya saya merasa penting untuk melakukan pendekatan yang lebih personal, tidak hanya melalui teguran, tetapi juga dengan memberikan contoh nyata. Saya ingin mengingatkan mereka bahwa organisasi ini bukan sekadar tempat berkumpul atau formalitas, tetapi ruang untuk membangun karakter dan belajar nilai-nilai kehidupan.

Dalam diskusi yang saya lakukan dengan mereka, saya berusaha menekankan pentingnya kolektivitas, rasa hormat, dan kerja sama. Etika bukan sekadar aturan tertulis, tetapi cara kita memperlakukan satu sama lain dengan penghargaan dan pengertian. Sapaan sederhana kepada senior, misalnya, bukan hanya menunjukkan rasa hormat tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik di antara kader. Demikian pula, membantu dalam persiapan acara bukan hanya tentang menyelesaikan pekerjaan, tetapi menunjukkan bahwa kita peduli pada keberhasilan bersama. Hal yang penting kemudian adalah perlunya reminder ini diteruskan bahkan kepada kader-kader yang baru bergabung. Ini menjadi tugas-tugas kita masing-masing sebagai bagian dari penopang organisasi, sesederhana mengenalkan senior yang tidak diketahui, memberikan contoh sikap dan perilaku yang sesuai, mengingatkan dengan cara yang baik ketika mereka melakukan penyimpangan dan focus pada perbaikan bersama bukan hanya mneyampaikan ketidaksepemahaman.

Saya berharap, dengan reminder yang tepat dan pendekatan yang lebih bersahabat, para kader ini akan menyadari bahwa mereka adalah bagian penting dari perjalanan organisasi ini. Saya ingin mereka memahami bahwa keberhasilan mereka bukan hanya tentang prestasi individu, tetapi juga bagaimana mereka mampu menjaga nilai-nilai yang menjadi identitas organisasi ini. Saya yakin, dengan arahan dan dukungan yang tepat, mereka akan tumbuh menjadi kader yang tidak hanya membanggakan organisasi tetapi juga mampu membawa perubahan positif di masyarakat.


Fighting untuk kalian orang-orang terpilih untuk terdidik!!!

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Essay Ke PMII-an

Strategi Pengembangan Kader- Artikel PKL-I PMII Sampang

Tipe tipe orang bertanya